Pada Senin, 2 Desember 2018 yang lalu saya dipercayakan untuk memoderatori diskusi buku Jejak Langkah IDF 1992-2018. Diskusi tersebut diadakan di Auditorium Institut Kesenian Jakarta, Kompleks Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Buku yang dimaksud sendiri sesungguhnya belum beredar. Namun, hampir 70% dari isi buku sudah ditulis. Diskusi yang diadakan dimaksudkan untuk menjaring masukan-masukan dari para insan tari khususnya dan pemerhati kebudayaan umumnya.
Yang hadir sebagai pembicara peluncuran buku itu adalah Putu Fajar Arcana (penulis dan redaktur senior Harian Kompas), Gita Hastarika (Direktur Yayasan Kelola), dan Yola Yulfianti (koreografer dan Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta).
Gita Hastarika yang didaulat sebagai pemapar pertama menekankan perihal tata kelola yang dipraktikan IDF serta posisi IDF di dalam kancah tari kontemporer, baik Indonesia mau pun global. Sedangkan Putu Fajar Arcana banyak memberi masukan kepada penulis buku dan terkhusus menekankan perihal peran IDF sebagai sebuah festival tari di dalam konteks kehidupan sosial budaya yang lebih luas. Sebagai penari dan koreografer, Yola Yulfianti berbagi pengalamannya berkenalan dengan IDF serta menekankan peran IDF untuk penari dan koreografer. Ia menyoroti pula perihal konsep seleksi para koreografer yang tampil di IDF; dari yang bebas saja, lantas ada artistik board, dan lalu kemunculan kurator.
*Catatan: Semua foto di sini bersumber dari Dokumentasi Indonesian Dance Festival.