Beberapa buku bagus terkadang mampu memaksa rokok anda tak tersentuh dan habis terbakar sendiri di asbak, kopi panas anda jadi dingin tanpa sedikit pun anda sentuh. Lantaran anda saking asyiknya melahap huruf-huruf, mengunyah kata-kata dan memelototi halaman demi halaman buku itu. Buku seperti inilah yang benar-benar mampu menyandera pembacanya untuk dibawa ke dunia fiksi dan memaksa sanderaannya untuk tak sedikit pun menoleh ke dunia nyata. Pembaca benar-benar dibuai dalam dunia imaji, terkadang sampai begitu jatuh cinta atau mengidolakan sesuatu yang ditampilkan dunia imaji itu.
Perfume, The Story of Murderer adalah salah satu buku dengan cerita yang mampu menawan anda seperti itu. Bersama tokoh sentral yang psikopat tanpa bau badan, Jean-Baptiste Grenouille, anda dituntun Patric Sueskind mengunjungi daerah kumuh, perdagangan parfum dan perempuan-perempuan cantik Paris abad pertengahan. Jean-Baptiste Grenouille adalah manusia yang tak diharapkan kehadirannya oleh siapa pun. Bahkan ibu kandungnya mengakui sendiri, lebih baik baginya si Grenouille kecil meninggal dari pada hidup. Bayi kecil yang lahir tanpa bau badan ini mempunyai kemauan kuat untuk hidup. Ini dibuktikan dengan tetap survive-nya dia, walau pun mengalami banyak siksaan. Ia berpindah dari satu ibu susu ke ibu susu yang lain, lantaran kerakusannya dalam menyusu. Sejak kecil, sikap introfertnya telah terlihat. Ia pun mulai menyadari kemampuannya dalam memilah-milah aroma. Bahkan sejak kecfil, otaknya telah menjadi perpustakaan beraneka aroma yang dikumpulkannya. Aroma yang paling menghantuinya dan membuatnya jatuh cinta adalah aroma gadis perawan berumur 18-an tahun yang dibauinya di salah satu sudut kota Paris. Gadis itu lantas dibunuhnya hanya untuk menghirup aroma tubuhnya. Sejak itulah, Jean-Baptiste Grenouille bercita-cita membuat parfum terhebat sepanjang masa, parfum yang mampu membangkitkan birahi beribu-ribu orang yang menciumnya.
Cerita berlatar Eropa Abad pertengahan memang banyak dan menarik-menarik. Perbedaan Perfume dengan cerita-cerita bersetting sama terletak pada aroma yang menjadi inti cerita. Dari awal cerita, kata ‘aroma’ sudah menghiasi halaman-halamannya. Beratus-ratus aroma lantas berganti-ganti merebak dalam keseluruhan cerita.
Tak ada kalimat lain untuk menggambarkan betapa menghantuinya aroma buku ini selain; “sejak anda membaca halaman pertama buku ini, anda pasti tak akan sabar melahap habis aroma keseluruhan ceritanya”. Buktikanlah!!
Judul Buku: Perfume, The Story of Murderer (novel)
Pengarang: Patric Sueskind
Penerjemah: Bima Sudiarto
Penerbit: Dastan Books, Jakarta 2006
*Catatan: Tulisan pendek ini pertama kali dipublikasikan di Buletin Achtung, ISJ Jerman, edisi #1.